• AIPI
  • DIPI
  • Teman ALMI
  • Login
  • Home
  • Tentang ALMI
  • Berita ALMI
  • Kontak
  • Home
  • Tentang ALMI
  • Berita ALMI
  • Kontak

Warning: count(): Parameter must be an array or an object that implements Countable in /home/customer/www/almi.or.id/public_html/wp-content/themes/specular/includes/view/blog/loop-index.php on line 49

Lebih dalam tentang Clubhouse, media sosial baru yang menghebohkan jagad internet

  • Posted by Admin Website ALMI
  • On 21 Februari 2021
  • 0 Comments


Shutterstock

Ada satu anak baru di jagad media sosial yang saat ini sedang menghebohkan warganet di seluruh dunia.

Meskipun usianya kurang dari satu tahun, aplikasi ini sudah memiliki nilai valuasi US$ 1 miliar (sekitar Rp 14 triliun) dan telah mengundang banyak investor untuk berebut menanamkan modal.

Pendatang baru tersebut adalah Clubhouse, platform media sosial dengan konsep “drop-in audio chat”, di mana pengguna bisa menciptakan kamar percakapan audio secara live dan pengguna lain bisa bergabung kapan saja namun tidak bisa merekam.

Aplikasi khusus undangan ini telah menarik perhatian berbagai figur ternama, dan kini memiliki jumlah pengguna sekitar 2 juta.

Pandemi COVID-19 saat ini mungkin telah menciptakan kondisi yang ideal bagi Clubhouse untuk berkembang: banyak orang terisolasi akibat lockdown maupun penjagaan jarak, dan kemudian haus hubungan sosial. Media sosial berbasis teks sebenarnya bekerja baik-baik saja sejauh ini, tetapi suara adalah alternatif yang lebih pas untuk memenuhi kebutuhan ini.

Setelah mendapat suntikan dana yang cukup besar akhir-akhir ini, Clubhouse berencana melakukan ekspansi. Berikut penjelasan mengapa aplikasi ini menjadi sangat heboh.

Apa sih yang terjadi di dalam Clubhouse?

Pengguna bisa mengikuti pengguna lain atau topik yang mereka minati, termasuk bergabung dalam berbagai “klub” dengan tema-tema khusus. Mereka kemudian akan memiliki akses untuk memasuki berbagai pilihan ruangan diskusi, banyak di antaranya membicarakan isu-isu terkini.

Ruangan yang ada di Clubhouse memiliki gaya percakapan yang berbeda-beda. Beberapa hanya berisi beberapa orang yang ngobrol santai. Ada juga yang mengandung ratusan bahkan ribuan orang yang mendengarkan panel ahli, misalnya politikus, selebriti, atau pimpinan perusahaan.

Kita bisa melihat siapa saja yang hadir di dalam ruangan dan juga membuka profil mereka, lengkap dengan daftar siapa saja orang yang mereka ikuti. Algoritma Clubhouse mempertimbangkan ini semua ketika mereka menawarkan pilihan konten.

A phone screenshot showing the Clubhouse app interface with several profile images of speakers and audience members.
Pengguna Clubhouse bisa masuk di berbagai ‘ruangan’ berbeda dan melihat siapa yang berbicara.
Clubhouse / Apple

Jika Anda ingin mengatakan sesuatu, angkat tangan, dan pemilik ruangan akan memberimu kesempatan berbicara. Anda bahkan dapat memberi tepuk tangan pada seorang pembicara dengan menekan tombol mute/unmute secara cepat.

Semua ini terjadi murni via suara – rasanya seperti “nguping” suatu percakapan yang menarik, namun tetap bisa bergabung ke dalam obrolan jika Anda memiliki komentar menarik yang ingin disampaikan.

Banyak pengguna awal telah memberikan respons yang sangat positif dan menceritakan betapa mereka menyukai aplikasi ini.

Salah satu alasan Clubhouse terbukti begitu populer adalah bahwa audio dapat terasa jauh lebih intim dan “hidup” daripada media sosial berbasis teks. Orang sering lebih suka berbicara dan mendengarkan daripada menggunakan keyboard.

Klub yang ekslusif

Di usianya yang masih singkat, Clubhouse nampaknya sudah memiliki suatu ‘prestise’ – saat ini, satu-satunya cara untuk mengakses aplikasi adalah via undangan dari pengguna yang sudah terdaftar.

Dari popularitas awalnya di kalangan investor Silicon Valley di Amerika Serikat, Clubhouse telah menarik berbagai figur publik dengan jumlah yang mengesankan, termasuk Oprah Winfrey, Elon Musk, dan Drake.

Anda juga akan menemukan berbagai ahli dengan pengetahuan yang mendalam, politikus dengan berbagai tawaran kebijakan mereka yang khas, serta selebriti yang berbicara tentang proyek terbaru mereka.

Pengguna terkenal seperti mereka menjadi daya tarik yang sangat besar, dan jumlah undangan yang cukup langka semakin menambah rasa eksklusivitas dari aplikasi ini.

Ruangan di Clubhouse sendiri hanya bersifat sementara. Ketika pertemuan sudah selesai, ruangan itu akan menghilang, dan diskusi akan terhapus secara permanen dan tidak ada kemungkinan untuk merekamnya.

Karakter ruangan percakapan yang muncul dan kemudian hilang ini dapat membantu menghentikan terbentuknya “efek ruang gema media sosial”, yang terjadi ketika warganet hanya mengikuti orang-orang dengan pandangan yang sama.




Read more:
Riset: bagaimana pendengung dan pasukan siber ancam demokrasi dan kebebasan berekspresi


Khusus undangan

Dengan sifatnya eksklusif, setidaknya untuk sekarang, ada dua cara agar Anda bisa bergabung. Pertama, dengan undangan dari teman yang sudah terdaftar.

Selain itu, kamu bisa mengunduh aplikasi dan memesan suatu username dan kemudian masuk ke daftar tunggu. Jika Anda melakukan ini, siapa pun yang Anda kenal yang sudah terlebih dulu menjadi anggota bisa jadi mendapat notifikasi – jika ini terjadi, mereka bisa mengizinkan Anda untuk masuk.

Clubhouse saat ini hanya tersedia di iPhone dan perangkat lain dari Apple. Namun, perusahaan telah menyatakan niatnya untuk merilis versi Android dalam waktu dekat.

Apa selanjutnya untuk Clubhouse?

Pendatang baru media sosial ini baru saja mendapatkan pendanaan baru dengan nilai US$ 100 juta (Rp 1,4 triliun).

Rencana mereka di masa depan termasuk membuka diri kepada masyarakat umum dan mengizinkan pembuat konten untuk dibayar.

Basis pengguna mereka yang saat ini berjumlah sekitar 2 juta kemungkinan akan mengalami pertumbuhan eksponensial. (Sebagai perbandingan, Facebook saat ini mendekati 3 miliar pengguna dan bahkan Twitter memiliki lebih dari 300 juta.)

Menciptakan kebetulan

Sejarah inovasi ditandai dengan berbagai orang yang saling berkoneksi secara kebetulan. Bertemu dengan orang yang tepat, dalam waktu yang baik, melalui cara yang tidak direncanakan.

Koneksi semacam itu tidak dapat dibuat secara instan, tapi kondisi yang memungkinkan koneksi-koneksi tersebut untuk muncul secara spontan bisa diciptakan.

Peraturan dari Clubhouse mencoba untuk memastikan berbagai percakapan yang terjadi tidak direkam.

Anda tidak boleh menyalin, merekam, atau membuat ulang dan/atau menyebar informasi yang diperoleh di Clubhouse tanpa izin sebelumnya.

Ini mendorong spontanitas dan obrolan santai – namun ada juga beberapa kritikan yang mengatakan ini membuka ruang untuk terjadinya misogini dan rasisme. Clubhouse akan menghadapi berbagai tantangan seputar transparansi dan moderasi konten seperti yang saat ini dihadapi oleh Facebook dan YouTube.

Jaringan berbasis suara seperti Clubhouse dan fitur baru Twitter yakni ‘Spaces’, sangat cocok untuk menciptakan kondisi tepat untuk menghubungkan orang-orang secara tidak disengaja dan menghasilkan inovasi – entah yang membawa manfaat maupun tidak.




Read more:
Riset: standar pemerintah untuk “anak muda yang ideal” buta kesenjangan dan minim dukungan negara


Wiliam Reynold menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

The Conversation

David Tuffley does not work for, consult, own shares in or receive funding from any company or organization that would benefit from this article, and has disclosed no relevant affiliations beyond their academic appointment.





Source link

 

0 Komentar

Leave Reply Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos-pos Terbaru
  • Tanya-Jawab : Mengapa puluhan paus pilot bisa terdampar di Madura
  • Asesmen pengganti UN akan tetap jadi momok jika guru dan sekolah masih pegang budaya tes
  • Pesohor dalam kampanye vaksin: strategi menggandeng tokoh publik untuk menciptakan perubahan perilaku
  • Satu Tahun Pandemi: bagaimana COVID-19 membawa kutukan dan berkah bagi lingkungan
  • Setahun pandemi: tantangan makin berat bagi anak muda dan sektor pendidikan
Komentar Terbaru
    Arsip
    • Maret 2021
    • Februari 2021
    • Januari 2021
    • Desember 2020
    • November 2020
    • Oktober 2020
    • September 2020
    • Agustus 2020
    • Juli 2020
    • Juni 2020
    • Mei 2020
    • April 2020
    • Maret 2020
    • Februari 2020
    • Januari 2020
    • Desember 2019
    • November 2019
    • Oktober 2019
    • September 2019
    • Agustus 2019
    • Juli 2019
    • Juni 2019
    • Mei 2019
    • April 2019
    • Maret 2019
    • Februari 2019
    • Januari 2019
    • Desember 2018
    • November 2018
    • Oktober 2018
    • September 2018
    • Juni 2017
    • April 2017
    • Januari 2017
    Kategori
    • Berita ALMI
    • Kegiatan ALMI
    • Multimedia
    • Siaran Pers
    • Terbitan ALMI
    • Terbitan Ulang dari The Conversation
    • Uncategorized

    Curious Kids: ketika anjing menggonggong, apakah mereka menggunakan kata-kata untuk berkomunikasi

    Previous thumb

    Curious Kids: Bagaimana sejarah ditulis dan siapa yang menulisnya?

    Next thumb
    Scroll
    ALMI

    “Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) merupakan wadah bagi ilmuwan muda terkemuka Indonesia. ALMI didirikan untuk mendorong peran ilmuwan muda dalam memajukan ilmu pengetahuan dan budaya ilmiah unggul di Indonesia, dengan tujuan meningkatkan daya saing bangsa.”



    AIPI | DIPI | Teman ALMI
    Twit Terakhir @ALMI_Indonesia

    ALMI IndonesiaFollow

    ALMI Indonesia
    ALMI_IndonesiaALMI Indonesia@ALMI_Indonesia·
    5h

    #ALMIRoadToNobelPrize

    Tidak ada resep yang bisa menjanjikan Nobel atau karya sekelas Nobel dengan jaminan penuh. Namun kita bisa melihat apa yang dilakukan para penerima dan belajar dari situ.

    #sainsgardadepan

    Reply on TwitterRetweet on TwitterLike on TwitterTwitter
    ALMI_IndonesiaALMI Indonesia@ALMI_Indonesia·
    3 Mar

    [ALMI Scientist Series 03]

    Ilmu sosial, seperti ilmu lainnya, mencakup riset dasar yang bersifat imajinatif dan riset terapan yang menyelesaikan masalah.

    Reply on TwitterRetweet on TwitterLike on Twitter4Twitter
    Load More...
    Pos Terakhir dari The Conversation Indonesia
    • Tanya-Jawab : Mengapa puluhan paus pilot bisa terdampar di Madura 6 Maret 2021 5:32 pm
    • Asesmen pengganti UN akan tetap jadi momok jika guru dan sekolah masih pegang budaya tes 5 Maret 2021 5:31 pm
    • Pesohor dalam kampanye vaksin: strategi menggandeng tokoh publik untuk menciptakan perubahan perilaku 4 Maret 2021 5:30 pm
    • Satu Tahun Pandemi: bagaimana COVID-19 membawa kutukan dan berkah bagi lingkungan 3 Maret 2021 5:29 pm
    • Setahun pandemi: tantangan makin berat bagi anak muda dan sektor pendidikan 2 Maret 2021 5:28 pm
    @2018 Akademi Ilmuwan Muda Indonesia