Mengulas Biodiversitas di Lokasi Penting Sejarah Pengembangan Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jakarta, 11 November 2019—Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) menyelenggarakan acara bertajuk “Sains di Medan Merdeka”, Senin 11 November 2019, di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta. Melalui acara ini, AIPI hendak mengulas dan menyampaikan pesan-pesan penting ilmu pengetahuan, khususnya tentang biodiversitas, dengan mengambil tempat di kawasan yang menjadi lokasi paling bersejarah dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Anggota AIPI, Prof Sangkot Marzuki, mengatakan, kawasan Medan Merdeka, Jakarta, memiliki tempat tersendiri dalam lintas sejarah ilmu pengetahuan di negeri ini. Pada salah satu sudut Kompleks Perpustakaan Nasional RI di Jalan Medan Merdeka Selatan, masih berdiri gedung yang dulu menjadi tempat Natuurwetenschappelijke Raad voor Nederlandsch-Indie (Science Council of Netherlands-Indies) yang berfungsi sebagai akademi ilmu pengetahuan Hindia-Belanda sejak 1927, sebelum berganti nama menjadi Organization for Scientific Research pada masa revolusi. Pada masa awal kemerdekaan, di tempat yang sama didirikan Organisasi untuk Penyelidikan Ilmu Pengetahuan Alam, disusul dengan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) pada 1956 sebagai cikal bakal AIPI, sebelum dilebur dengan Lembaga Riset Nasional menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kini, di tempat yang sama ada AIPI. Kawasan ini juga merupakan lokasi di mana Perpusnas RI berada. Adapula Museum Nasional, Galeri Nasional, dan lain sebagainya.
“Jadi, di Medan Medan Merdeka ini awal pusat pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Jadi, tempat bersejarah ini perlu kita lestarikan dan kuatkan perannya melalui kegiatan-kegiatan ilmiah yang diharapkan dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa,” papar Sangkot.
Wallace dan Rumphius
Sementara itu, Ketua AIPI Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan, Sains di Medan Merdeka ini merupakan bagian dari langkah AIPI dalam menjalankan misinya, yaitu memacu perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia melalui kegiatan ilmiah penting dan berkala. Acara ini merupakan kegiatan yang kedua setelah tahun 2018. Sama dengan tahun lalu, tema besar Sains di Medan Merdeka 2019 ini juga mengulas tentang biodiversitas di Indonesia.
Namun, untuk tahun ini lebih difokuskan pada sejarah kontribusi ilmuwan-ilmuwan dunia yang bekerja di Indonesia, terutama Alfred Russel Wallace (1823-1913), penemu teori evolusi bersama Charles Darwin; dan Georg Eberhard Rumphius (1627-1702), ahli botani asal Jerman dan penulis buku Herbarium Amboinense, yang karyanya sangat penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya biodiversitas dan kedokteran.
Selain membahas buku “Malay Archipelago” karya Wallace, acara ini juga diisi dengan Peluncuran buku “Sains untuk Biodiversitas Indonesia”. Peluncuran buku tersebut sedianya dihadiri oleh Menteri Keuangan Dr Sri Mulyani Indrawati, yang bertindak sebagai pembicara kunci.
“Acara ini ditutup dengan Widjojo Nitisastro Memorial Lecture oleh Prof Herawati Supolo Sudoyo, salah satu anggota AIPI, yang mengangkat tema “Aneka Gen, Satu Indonesia: Merawat Kebhinekaan, Menyongsong Masa Depan”,” terang Satryo.
Acara Sains di Medan Merdeka 2019 ini, lanjut Satryo, juga sebagai tribute untuk almarhum Prof Dr BJ Habibie dan Aristides Katoppo. Semasa hidupnya, selain pernah menjadi Presiden Republik Indonesia, Habibie memiliki peran sangat penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, pendiri AIPI, sekaligus inisiator Yayasan Wallacea.
“Sementara, Aristides adalah sosok wartawan senior di Indonesia yang memiliki dedikasi dan kecintaan yang tinggi dalam isu-isu dan tema-tema pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya biodiversitas di negeri ini,” imbuhnya.