“Gimana adik-adik? Sudah tahu kan cara menjadi ilmuwan?” tanya Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonsia (ALMI) Dr Alan F Koropitan kepada para siswa peserta acara “Ilmuwan Bertemu Siswa dan Guru” di SMA Negeri 1 Bogor, Selasa, 19 November 2019, sesaat setelah dua anggota ALMI, Dr Yuni Krisnandini dan Dr Husin Alatas selesai membagikan pengalaman dan pengetahuannya sebagai ilmuwan di acara tersebut.
“Tahu,” jawab sejumlah siswa serempak.
“Apa?” tanya Alan lagi.
“Penasaraaaaann,” jawab para siswa serentak disusul tawa mereka.
Ya, dalam acara yang berlangsung serius namun santai itu, tiga ilmuwan ALMI berbagi mengenai pengalaman dan pengetahuan mereka, sekaligus mencoba menginspirasi siswa dan guru yang hadir untuk terus menumbuhkan budaya dan perangai ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Scientist Goes To School merupakan program ALMI yang didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang akan dijalankan di tiga kota, yaitu Bogor, Surabaya, dan Makassar.
Dan, penasaran adalah sebuah lema simpulan sederhana dalam bahasa para anak muda tersebut tentang bagaimana memulai sebuah cara berpikir yang berperangai ilmiah.
Frase perangai ilmiah atau scientific temper dipopulerkan oleh Jawaharlal Nehru, salah seorang Bapak Bangsa India, sebagai sebuah cara hidup. Proses berpikir yang menggunakan metode ilmiah, termasuk mempertanyakan, mengamati realitas fisik, menguji, membuat hipotesis, menganalisis, dan berkomunikasi. Perangai ilmiah menggambarkan suatu sikap yang melibatkan penerapan logika. Diskusi, argumen, dan analisis adalah bagian penting dari perangai ilmiah. Elemen keadilan, kesetaraan dan demokrasi dibangun di dalamnya.
“Apa yang dibutuhkan adalah pendekatan ilmiah, sifat sains yang petualang namun kritis, pencarian kebenaran dan pengetahuan baru, menolak menerima sesuatu tanpa pengujian dan percobaan, kapasitas untuk mengubah kesimpulan sebelumnya dalam menghadapi bukti baru, ketergantungan pada fakta yang diamati dan bukan pada teori yang dipikirkan sebelumnya, serta disiplin pikiran yang keras. Semua itu diperlukan, tidak hanya untuk penerapan ilmu pengetahuan tetapi untuk kehidupan itu sendiri dan solusi dari banyak masalah yang ada,” tulis Nehru dalam The Discovery of India (1946).
Oleh karena itu, menurut Dr Husin, seorang ilmuwan setidaknya harus memenuhi lima kriteria, yaitu kritis, skeptis, jujur, percaya diri, dan rendah hati. “Itulah yang disebut dengan perangai ilmiah,” ucapnya.
Sementara itu, Dr Yuni menegaskan pentingnya selalu memupuk rasa ingin tahu atau curiousity. Dengan terus giat belajar dan menemukan jawaban-jawaban tentang masalah-masalah di sekitar melalui ilmu pengetahuan.
“Kami sangat senang dengan acara ini. Ternyata meneliti itu menyenangkan, karena ternyata banyak hal yang sebenarnya bisa kita teliti di sekitar kita, asal kita selalu merasa penasaran dan selalu menumbuhkan perangai ilmiah dalam diri kita,” ungkap Alfath (17), salah seorang siswa SMA Negeri 1 Bogor yang mengaku menyukai mata pelajaran Matematika itu.
Sementara itu, Theonaldo (17), siswa SMA Negeri 1 Bogor lainnya, berharap kegiatan bertemu ilmuwan seperti ini dapat lebih sering diadakan. Banyak siswa yang sebenarnya ingin menjadi peneliti sekaligus ilmuwan. Tapi, banyak di antara mereka tidak tahu bagaimana caranya.
“Acara ini membuat saya jadi semangat untuk jadi ilmuwan. Tapi, ilmuwan yang sekaligus pengusaha, seperti Elon Musk (fisikawan yang juga dikenal sebagai tecno-enterpreneur),” imbuh Theonaldo.
Pertemuan tersebut juga menumbuhkan semangat dari para guru yang hadir. Beberapa di antara mereka mengungkapkan harapan akan adanya klub ilmuwan yang bisa mewadahi minat para siswa untuk meneliti dan berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan, termasuk mendapatkan pengarahan tentang bagaimana meneliti yang baik.
Dari pertemuan ini, kata Alan, selain berupaya menginspirasi siswa agar memiliki perangai ilmiah, juga menjadi masukan bagi ALMI sendiri ke depan.
“Misalnya, harapan tentang klub ilmuwan. Saat ini klub-klub ilmuwan di sekolah-sekolah mungkin sudah banyak. Tapi, bagaimana menghubungkannya dengan jejaring ilmuwan muda di ALMI, yang memiliki 50 anggota dan 200-an lebih jaringan ilmuwan muda se-Indonesia. Ini dapat menjadi jembatan untuk iklim ilmu pengetahuan yang lebih baik di Indonesia di masa depan,” tandas dia.